Breaking News

Pemerintah Genjot Ekspor ke 12 Negara Ini Usai Negara Maju Resesi

 


Liputan889 - Pemerintah Indonesia melalui Satuan Tugas (Satgas) Peningkatan Ekspor Nasional telah menetapkan 12 negara sebagai prioritas tujuan ekspor. 

Keputusan ini didasarkan pada kekhawatiran terhadap dinamika perekonomian global, terutama perlambatan ekonomi di negara mitra dagang utama Indonesia.

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, mengungkapkan bahwa 12 negara prioritas tersebut meliputi Arab Saudi, Belanda, Brasil, Chile, China, Filipina, India, Kenya, Korea Selatan, Meksiko, UEA, dan Vietnam. 

Keputusan ini diambil sebagai respons terhadap kondisi ekonomi global, di mana beberapa negara maju seperti Jepang dan Inggris mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi akibat tingginya tingkat inflasi dan melemahnya permintaan domestik.

Meskipun Jepang dan Inggris masih belum secara resmi memasuki kondisi resesi, pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi dalam dua kuartal berturut-turut menjadi sinyal yang patut diperhatikan. 

Pemerintah Genjot Ekspor ke 12 Negara Ini Usai Negara Maju Resesi

Pemerintah Indonesia, melalui National Bureau of Economic Research (NBER), terus memonitor dampak transmisi perlambatan ekonomi global terhadap perekonomian nasional, terutama dalam hubungan kerja sama dengan Jepang.

Indonesia memiliki hubungan kerja sama yang signifikan dengan Jepang dalam hal investasi dan ekspor-impor. Jepang menjadi salah satu tujuan utama ekspor Indonesia, terutama dalam komoditas seperti batubara, komponen elektronik, nikel, dan otomotif. 

Meskipun neraca perdagangan Indonesia masih menunjukkan surplus pada Januari 2024, pemerintah tetap mengidentifikasi kinerja sektor migas yang masih defisit sebagai salah satu concern yang perlu diatasi.

Satgas Peningkatan Ekspor Nasional tidak hanya menetapkan 12 negara prioritas, tetapi juga menetapkan daftar produk ekspor prioritas, termasuk ikan dan olahan ikan, sarang burung walet, kelapa dan kelapa olahan, kopi dan rempah olahan, bahan nabati dan margarin, kakao, makanan olahan, bungkil dan pakan ternak, semen, produk kimia, karet dan produk dari karet, kulit dan produk dari kulit, pulp dan kertas, TPT dan alas kaki, logam mulia dan perhiasan, mesin-mesin, elektronik, otomotif, furnitur, serta mainan.

Baca juga artikel : Biadab! Israel Bunuh 74 Warga Sipil Palestina Demi Bebaskan 2 Sandera

Selain fokus pada potensi pasar yang telah ditentukan, Satgas Peningkatan Ekspor juga berupaya memperluas akses pasar melalui penyelesaian perundingan perjanjian, seperti Indonesia-EU CEPA, potensi bergabung dengan Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP), dan aksesi Indonesia sebagai anggota Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

Pemerintah telah membentuk Tim Pelaksana dan Kelompok Kerja Satgas Peningkatan Ekspor Nasional sebagai langkah tindak lanjut terhadap regulasi yang telah dikeluarkan. Tim ini dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan melibatkan berbagai pihak, termasuk para Menteri terkait dan pelaku usaha, untuk mengatasi tantangan ekonomi yang dihadapi oleh Indonesia.

Indonesia mempunyai beberapa keunggulan yang menjadi pilar kekuatan dalam konteks ekspor. Pertama-tama, kekayaan sumber daya alam seperti batubara, nikel, tembaga, minyak kelapa sawit, dan karet memberikan kontribusi signifikan pada ekspor non-migas Indonesia. 

Pada tahun 2022, nilai ekspor non-migas mencapai USD231,8 miliar, dengan batubara (USD36,4 miliar), minyak kelapa sawit (USD33,7 miliar), dan nikel (USD27,9 miliar) menjadi komoditas utama yang turut menopang perekonomian.

Selain itu, keberadaan populasi muda yang mencapai sekitar 64% dari total penduduk memberikan keunggulan potensial dalam hal tenaga kerja yang murah dan melimpah. 

Sektor industri padat karya seperti tekstil dan alas kaki menjadi salah satu sektor ekspor utama Indonesia, mencapai nilai ekspor sebesar USD12,7 miliar dan USD8,4 miliar pada tahun 2022.

Keberadaan Indonesia yang terletak secara strategis antara Asia Pasifik dan Timur Tengah menjadi aset berharga sebagai hub perdagangan internasional. Posisi geografis yang strategis mempermudah akses ke pasar utama ekspor seperti China, Jepang, dan Uni Eropa. 

Dengan kombinasi kekayaan sumber daya alam, tenaga kerja yang melimpah, dan lokasi geografis yang strategis, Indonesia memiliki fondasi yang kuat untuk terus memperkuat sektor ekspornya dalam peta perdagangan internasional.



© Copyright 2022 - liputan889 - Informasi Berita Terbaru Saat Ini