Liputan889 - Pada hari Senin (12/2), tentara Israel melancarkan operasi pembebasan dua sandera di Rafah, yang diyakini terlibat dalam serangan militan Hamas pada 7 Oktober 2023 di Israel.
Dalam operasi ini, dilaporkan bahwa 74 warga Palestina tewas dan banyak bangunan, termasuk masjid, hancur.
Israel Bunuh 74 Warga Sipil Palestina Demi Bebaskan 2 Sandera
Israel mengirim dinas keamanan Shin Bet dan unit polisi khusus untuk melaksanakan operasi tersebut. Dua sandera yang berhasil dibebaskan adalah Fernando Simon Marman (60) dan Louis Hare (70).
Stasiun televisi resmi Otoritas Palestina, Palestine TV, menyebutkan jumlah korban tewas sebanyak 74 warga Palestina, meskipun belum ada konfirmasi langsung dari Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola oleh Hamas.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa operasi ini menunjukkan bahwa militer Israel akan terus memberikan tekanan kepada Hamas.
Meskipun Amerika Serikat menyambut baik pembebasan sandera, mereka tetap mendesak Israel untuk melakukan gencatan senjata dan meningkatkan bantuan untuk Gaza.
Juru bicara militer Israel menjelaskan bahwa para sandera ditahan di lantai dua sebuah gedung yang akhirnya berhasil dibobol dengan bahan peledak, menyebabkan baku tembak di gedung-gedung sekitarnya.
Warga di Rafah melaporkan bahwa dua masjid dan beberapa bangunan tempat tinggal terkena serangan selama lebih dari satu jam, dengan tenda-tenda tempat orang-orang berlindung juga hancur.
Sejak Oktober 2023, serangan Israel ke Gaza telah menewaskan 28.340 warga Palestina dan melukai 67.984 orang lainnya. Ribuan orang lainnya belum terdata karena diperkirakan terkubur di bawah reruntuhan.
Tentara Israel Memulai Serangan di Sejumlah Titik Kota Gaza
Di sisi lain, Tentara Israel memulai serangan di sejumlah titik di sekitar kota perbatasan Gaza dengan Mesir, yaitu Rafah. Jet tempur Israel melakukan serangan udara dan mengebom beberapa bagian kota, yang menyebabkan setidaknya 11 orang tewas. Tank-tank juga dilaporkan menembaki beberapa daerah di Rafah timur.
Perbatasan Rafah saat ini menjadi tempat tinggal bagi lebih dari satu juta orang, sebagian besar di antaranya berada di tenda-tenda darurat.
Sehari sebelum serangan ini, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa persyaratan gencatan senjata yang diajukan oleh Hamas dianggap delusional. Netanyahu bersumpah untuk terus melawan dan menghilangkan Hamas, dengan keyakinan bahwa kemenangan sudah di depan mata, hanya beberapa bulan lagi.
Baca juga artikel : Pemerintah Korsel Bakal Buka Sekolah Kedokteran Baru, Para Dokter Ancam Mogok Kerja
Badan-badan bantuan telah mengingatkan tentang kemungkinan bencana kemanusiaan jika Israel melanjutkan ancamannya untuk memasuki Rafah.
Israel mengklaim mengambil langkah-langkah untuk menghindari korban sipil dan menuduh Hamas bersembunyi di antara warga sipil, termasuk di tempat penampungan sekolah dan rumah sakit.
Hamas mengusulkan gencatan senjata selama 4,5 bulan, dengan janji membebaskan seluruh sandera selama periode itu.
Sebagai imbalan, Hamas meminta Israel untuk menarik pasukannya dan menyetujui kesepakatan untuk mengakhiri perang.
Namun, Israel menegaskan bahwa mereka tidak akan mundur atau menghentikan pertempuran sampai Hamas dihilangkan. Hamas juga menegaskan bahwa mereka tidak akan menyetujui kesepakatan apa pun yang tidak mencakup diakhirinya perang dan penarikan pasukan Israel.
Operasi tersebut, diakui sebagai tindakan yang kompleks oleh juru bicara militer Israel, Letkol Richard Hecht, mengakibatkan kematian 37 orang dan melukai puluhan lainnya di Rafah.
Serangan udara menyebabkan kepanikan di tengah masyarakat, dengan banyak orang tertidur saat serangan dimulai. Pesawat, tank, dan kapal Israel terlibat dalam serangan tersebut, yang juga merusak dua masjid dan beberapa rumah.
Presiden AS Joe Biden telah menegaskan kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bahwa operasi militer di Rafah tidak boleh dilakukan tanpa rencana yang kredibel untuk menjamin keselamatan sekitar 1 juta orang yang berlindung di sana.
Hamas menanggapi serangan ini dengan menyatakan bahwa itu merupakan bagian dari "perang genosida" dan upaya pemindahan paksa yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina.
Social Header