Breaking News

Kisah Pilu Gadis Gaza yang Minta Tolong Lewat Telepon, namun Ditemukan Tewas karena Israel

 


Liputan889 - Seorang anak perempuan berusia enam tahun bernama Hind Rajab, yang sebelumnya hilang di Gaza bulan lalu, ditemukan tewas akibat serangan Israel. 

Kejadian tragis ini terjadi ketika Hind terjebak di bawah tembakan di Kota Gaza, bersembunyi di dalam mobil pamannya bersama mayat kerabatnya.

Rekaman audio panggilan darurat antara Hind dan operator panggilan darurat menunjukkan bahwa Hind adalah satu-satunya yang masih hidup di dalam mobil tersebut, berusaha menyembunyikan diri dari pasukan Israel di tengah mayat-mayat keluarganya.

Kisah Pilu Gadis Gaza yang Minta Tolong Lewat Telepon

Suara anak perempuan berusia enam tahun terdengar lemah dan penuh ketakutan di ujung telepon seluler dari Gaza.

Rana Faqih, petugas di pusat panggilan darurat Bulan Sabit Merah Palestina, berusaha menjaga ketenangan saat menerima panggilan darurat dari Hind.

Dalam percakapan itu, Hind menyatakan ketakutannya dan meminta agar seseorang menjemputnya karena situasinya yang sangat mencekam.

Rana tidak dapat berbuat banyak selain melanjutkan pembicaraan, mencoba memberikan dukungan sejauh yang bisa dilakukannya.

Kronologi Kejadian

Kejadian ini terjadi ketika Hind dan keluarganya berusaha meninggalkan rumah mereka di Kota Gaza pada 29 Januari untuk mencari tempat yang lebih aman. Mereka menghadapi situasi sulit ketika mobil mereka diduga berhadapan dengan tank Israel saat perjalanan menuju Universitas al-Azhar.

Setelah berhenti di pompa bensin untuk keselamatan, keluarga itu mengalami serangan yang tragis. Mereka berusaha meminta bantuan dari kerabat dan menghubungi pusat panggilan darurat Bulan Sabit Merah Palestina.

Meski operator di pusat panggilan mencoba menghubungi ponsel paman Hind, namun yang menjawab panggilan tersebut adalah putrinya yang berusia 15 tahun, Layan.

Kejadian tersebut menjadi salah satu kisah tragis di tengah konflik yang berkecamuk di wilayah tersebut.

Baca juga artikel : Israel Bombardir Rafah, Menlu Iran Ingatkan Konsekuensi Buruknya

Dalam rekaman panggilan telepon tersebut, Layan memberitahu staf Bulan Sabit Merah bahwa orang tua dan saudara-saudaranya telah tewas, dan sebuah tank berada di sebelah mobil mereka.

"Dia menembaki kami," ujar Layan, sebelum percakapan terhenti dengan suara tembakan dan teriakan.

Ketika tim Bulan Sabit Merah menelepon kembali, Hind-lah yang menjawab dengan suara hampir tak terdengar, tenggelam dalam ketakutan.

Dengan cepat, terungkap bahwa Hind adalah satu-satunya yang selamat di dalam mobil tersebut.

"Bersembunyi di bawah kursi," perintah Rana Faqih kepadanya. “Jangan biarkan siapa pun melihatmu.”

"Dia gemetar, sedih, meminta bantuan," ingat Rana.

"Dia memberi tahu kami bahwa keluarganya sudah meninggal. Namun, kemudian dia menggambarkan mereka 'sedang tidur'.

Jadi kami memberi tahu dia untuk 'biarkan mereka tidur, kita tidak ingin mengganggu mereka'."

Hind terus memohon, berulang kali, agar seseorang datang dan menjemputnya.

Tiga jam setelah panggilan tersebut, akhirnya ambulans dikirim untuk menyelamatkan Hind.

Sementara itu, tim Bulan Sabit Merah telah menghubungi ibu Hind, Wissam, dan menghubungkan saluran teleponnya ke dalam panggilan tersebut.

Hind semakin menangis saat mendengar suara ibunya, kenang Rana.

"Ibunya memohon kepada saya untuk tidak menutup telepon," kata Wissam kepada BBC.

“Saya bertanya padanya di mana lukanya, lalu saya mengalihkan perhatiannya dengan membaca Al-Quran bersamanya, dan kami berdoa bersama. Dia mengulangi setiap kata yang saya ucapkan setelah saya.”

Seorang petugas medis menyampaikan kepada media bahwa Hind adalah salah satu dari enam jenazah yang ditemukan di dalam mobil, menjadi saksi bisu dari serangan dan tembakan yang terjadi.

Beberapa meter jauhnya, terlihat sisa-sisa kendaraan lain yang habis terbakar, dengan bagian mesinnya tersebar di tanah.

Menurut Bulan Sabit Merah, kendaraan tersebut sebenarnya adalah ambulans yang dikirim untuk menjemput Hind. 

Sayangnya, awak ambulans, Yusuf al-Zeino dan Ahmed al-Madhoun, tewas saat ambulans tersebut diserang oleh pasukan Israel, demikian diungkapkan oleh organisasi tersebut.

Dalam pernyataannya, Bulan Sabit Merah Palestina menuduh bahwa Israel dengan sengaja menyasar ambulans tersebut, terlepas dari koordinasi sebelumnya untuk memastikan ambulans dapat mencapai lokasi kejadian dan menyelamatkan Hind pada tanggal 29 Januari.

© Copyright 2022 - liputan889 - Informasi Berita Terbaru Saat Ini