Breaking News

Heboh Siswa Binus School Dikeroyok, Sebagai Syarat Masuk Geng

 


Liputan889 - Seorang siswa di Binus School BSD, Serpong, dilaporkan menjadi korban perundungan oleh sejumlah seniornya yang diduga terlibat dalam geng. 

Insiden perundungan tersebut mencuat ke permukaan setelah diunggah di media sosial oleh akun @bospurwa. 

Dalam unggahan tersebut, perundungan dilakukan di warung belakang Binus School.

Korban, yang sedang menjalani proses penerimaan sebagai anggota geng, disebut harus memenuhi sejumlah permintaan senior, termasuk membelikan makanan dan menerima kekerasan fisik. 

Heboh Siswa Binus School Dikeroyok, Sebagai Syarat Masuk Geng

Dalam salah satu kejadian, korban bahkan diikat di sebuah tiang dan dipukuli dengan menggunakan balok kayu. Beberapa siswa lain diduga turut menertawakan serta merekam aksi tersebut. Pihak sekolah telah memberikan hukuman kepada beberapa pelaku yang terlibat.

Kejadian ini menjadi viral di media sosial, dan akun @bospurwa juga memberikan informasi mengenai tindakan perundungan yang terjadi di sekolah tersebut. Pihak kepolisian telah menerima laporan dari pihak korban dan telah memulai penyelidikan terkait insiden ini.

Kasie Humas Polres Tangsel, Iptu Wendy Afrianto, menyatakan bahwa laporan tersebut telah diterima dan sedang diselidiki oleh Unit PPA Polres Tangsel. 

Petugas juga telah melakukan pengecekan awal di Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan memeriksa sejumlah saksi terkait kejadian tersebut. Proses penyelidikan oleh penyidik unit PPA Polres Tangsel masih terus berlangsung.

Kasus Perundungan di Lingkungan sekolah

Kasus perundungan di lingkungan sekolah merupakan isu serius yang perlu mendapat perhatian. Data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada tahun 2022 mencatat adanya 234 laporan kasus perundungan di sekolah. 

Dari jumlah tersebut, 182 kasus telah diselesaikan, sementara 52 kasus masih dalam proses. Jenis perundungan yang paling banyak dilaporkan adalah perundungan verbal sebesar 53%, diikuti perundungan fisik sebesar 32%, dan perundungan sosial sebesar 15%.

Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mencatat 30 kasus perundungan di satuan pendidikan pada tahun 2023. Sekitar 50% dari kasus tersebut terjadi di jenjang SMP, 30% di jenjang SD, 10% di jenjang SMA, dan 10% di jenjang SMK. Bahkan, salah satu kasus perundungan telah memakan korban jiwa.

Di luar lingkungan sekolah, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada tahun 2022 menerima 1.249 laporan kasus kekerasan terhadap anak, termasuk perundungan. Dari jumlah tersebut, 42% terjadi di lingkungan rumah, 23% di sekolah, 17% di tempat umum, dan 18% di tempat lain. Jenis perundungan yang paling banyak dilaporkan adalah perundungan verbal sebesar 48%, perundungan fisik sebesar 32%, dan perundungan cyber sebesar 20%.

Data Survei Global Bullying pada Pelajar 

Data dari Survei Global Bullying pada Pelajar (Global School-based Health Survey - GSHS) 2015 juga mencatat bahwa 20,6% pelajar berusia 13-17 tahun di Indonesia melaporkan pernah mengalami perundungan dalam 30 hari terakhir. Perundungan tersebut meliputi perundungan fisik (13,4%), perundungan verbal (11,7%), dan perundungan cyber (4,2%).

Baca juga artikel : Petugas KPPS Makassar Labrak Kantor Lurah, Buntut Pungutan Liar Rp 150 Ribu

Perlu diingat bahwa data di atas mungkin tidak mencerminkan jumlah kasus perundungan yang sebenarnya, mengingat banyak kasus yang tidak dilaporkan. Perundungan dapat terjadi di berbagai tempat, seperti sekolah, rumah, tempat umum, dan dunia maya, dan dapat memiliki dampak serius bagi korban, termasuk depresi, kecemasan, dan bahkan bunuh diri.

Sebagai orang tua, peran kita dalam melindungi anak dari perundungan sangatlah penting. Salah satu langkah utama yang bisa kita ambil adalah membangun kepercayaan diri anak. 

Kita dapat mengajarkan mereka untuk mencintai dan menghargai diri sendiri, serta membantu mereka mengembangkan bakat dan minat. 

Memberikan pujian dan dorongan atas prestasi dan usaha yang telah mereka lakukan juga merupakan bagian penting dari pembentukan kepercayaan diri. Selain itu, kita bisa mengajarkan anak-anak kita untuk memiliki keberanian mengatakan "tidak" pada situasi yang tidak nyaman.

© Copyright 2022 - liputan889 - Informasi Berita Terbaru Saat Ini