Liputan889 - Boston Celtics kembali meraih gelar juara NBA setelah terakhir kali mendapatkannya pada 2008. Dengan kemenangan ini, mereka menggantung spanduk juara ke-18 di langit-langit TD Garden, mempertegas status mereka sebagai tim NBA dengan gelar juara terbanyak, mengalahkan Los Angeles Lakers yang memiliki 17 gelar. Apa yang membuat Boston Celtics akhirnya mengakhiri puasa gelar selama 16 tahun? Berikut adalah tiga hal penting yang berperan besar dalam keberhasilan mereka meraih juara NBA 2024 dengan kedudukan 4-1. Salah satunya adalah organisasi yang bekerja dengan sangat baik sehingga mampu membentuk tim yang solid.
1. Menguasai Four Factors Basketball di Final NBA
Dean Oliver, seorang pelatih dan ahli statistik, merumuskan empat faktor yang membuat sebuah tim bisa menang dalam pertandingan basket. Empat faktor tersebut adalah effective field goal percentage (eFG%), turnover percentage (TOV%), offensive rebound percentage (ORB%), dan free throw per field goal attempt (FT/FGA). Boston Celtics berhasil menguasai tiga dari empat faktor tersebut dalam Final NBA 2024.
Dalam lima pertandingan final, Celtics mencatatkan 52% eFG%, 10,1% TOV%, 20,9% ORB%, dan 17,7 FT/FGA. Di sisi lain, lawan mereka, Dallas Mavericks, mencatatkan 51,6% eFG%, 10,7% TOV%, 20,9% ORB%, dan 15,3 FT/FGA. Celtics hanya kalah dalam hal ORB% dari Mavericks.
ORB% memiliki bobot pengaruh 20%, lebih rendah dari eFG% (40%) dan TOV% (25%), tetapi lebih tinggi dari FT/FGA (15%). Oleh karena itu, Mavericks yang hanya unggul dalam ORB% gagal juara. Celtics menguasai 80% faktor, terutama eFG% yang membuat mereka selalu mencetak poin lebih tinggi dari Mavericks, kecuali pada game keempat.
2. Solid dan Adaptif Sebagai Sebuah Tim
Boston Celtics menang 4-1 di Final NBA berkat permainan tim yang solid, terutama dalam pertahanan. Jrue Holiday, guard senior Celtics, menjadi penangkal utama Kyrie Irving, guard andalan Dallas Mavericks. Dia berhasil meminimalisasi peran Irving di lapangan, padahal Irving dikenal sulit dijaga. Bahkan Anthony Edwards, guard Minnesota Timberwolves yang energik, kesulitan menjaga Irving dalam Final Wilayah Barat NBA.
Di samping itu, Celtics memiliki Al Horford, pemain senior dengan segudang pengalaman. Meski masa keemasannya sudah lewat, center berusia 38 tahun ini mampu menahan gempuran serangan Mavericks di paint area dan juga piawai menembak tripoin dengan persentase 47,1%. Akurasi Horford membantu membuka pertahanan Mavericks yang rapat.
Horford juga berjasa mengisi kekosongan yang ditinggalkan Kristaps Porzingis yang cedera, membuat Celtics tetap adaptif terhadap kondisi mereka. Meskipun kehilangan pemain penting, pemain lain siap menggantikannya.
Adaptasi juga terjadi di antara starter. Jayson Tatum, meski tidak optimal sebagai pencetak poin di Final NBA, piawai mengatur permainan bersama Jrue Holiday dan Derrick White. Jaylen Brown, yang tidak begitu baik dalam mengeksekusi tembakan tripoin, mampu mencetak poin lebih dekat ke ring.
Brown akhirnya keluar sebagai Most Valuable Player (MVP) di Final NBA berkat perannya dalam serangan dan pertahanan. Brown berhasil menjaga Luka Doncic, jagoan Dallas Mavericks, dalam lebih dari 150 penguasaan bola. Permainan tim yang solid dan adaptif ini memberi pengaruh besar atas kemenangan Boston Celtics di Final NBA. Masing-masing pemain memainkan peran mereka dengan baik, termasuk Derrick White yang bahkan rela giginya patah demi memastikan barisan pertahanan tetap rapat.
3. Pengambilan Keputusan Berisiko yang Terukur dari Manajemen
Keberhasilan Boston Celtics adalah hasil dari manajemen yang baik. Brad Stevens, setelah naik jabatan menjadi president of basketball operations sekaligus general manager, mulai merencanakan beberapa hal penting, salah satunya menunjuk Ime Udoka sebagai pelatih. Namun, setelah tersandung skandal, Celtics berpisah dengan Udoka dan Stevens menunjuk Joe Mazzulla sebagai pelatih interim.
Meskipun mendapat banyak kritik di awal kariernya, Mazzulla tumbuh menjadi pelatih yang kompeten dan membawa Celtics dominan di NBA. Stevens pun mengangkatnya sebagai pelatih tetap pada 2023/2024.
Selain itu, Stevens juga mengambil risiko terukur dalam pertukaran pemain. Dia merekrut Kristaps Porzingis dari Washington Wizards meski mengetahui riwayat cederanya. Keputusan itu terbukti tepat karena Porzingis menjadi kepingan penting dalam perjalanan Celtics menuju juara.
Baca juga artikel : Rekor Atlet Basket Putri Tertinggi di Dunia: Dominasi di Lapangan
Stevens juga mengambil keputusan cepat dengan menawarkan paket pertukaran kepada Portland Trail Blazers yang baru mendapatkan Jrue Holiday dari Milwaukee Bucks pada jeda musim 2023. Dia merelakan Robert Williams III, Malcolm Brogdon, dan sejumlah hak pilih demi mendapatkan Holiday. Keputusan ini membuahkan hasil positif karena Holiday sangat berpengaruh, apalagi dengan pengalaman juara bersama Bucks pada 2021.
Pengambilan keputusan berisiko yang terukur dari manajemen membuat tim menjadi solid. Joe Mazzulla semakin dewasa dalam mengontrol tim, sementara Kristaps Porzingis dan Jrue Holiday terbukti sebagai rekrutan berpengaruh. Jayson Tatum dan Jaylen Brown, yang tumbuh bersama sejak 2017, bahu-membahu sebagai wajah utama tim. Derrick White dengan etos kerjanya yang tinggi melengkapi tim. Belum lagi pemain-pemain cadangan yang mampu mengisi ruang dengan baik.
Celtics akhirnya dominan pada musim reguler, mengoleksi 64 kemenangan dari 82 pertandingan. Mereka unggul pada babak gugur, mengalahkan tiap lawan di Wilayah Timur, dan bertemu Dallas Mavericks di Final NBA. Celtics juara dengan kedudukan 4-1, hampir selalu menahan lawannya di final dengan skor di bawah seratus, kecuali saat kalah pada game keempat. Cari tahu juga informasi menarik dan terupdate lainnya di Ruang Berita
Dengan kerja keras, keputusan cerdas, dan tim yang solid, Boston Celtics berhasil meraih gelar juara NBA 2024, menambah satu lagi spanduk kejuaraan di langit-langit TD Garden dan mempertegas dominasi mereka dalam sejarah NBA.
Social Header