Liputan889 - Jamur kepala, atau tinea capitis, merupakan suatu infeksi pada kulit kepala yang disebabkan oleh jamur dermatofit. Jamur ini tumbuh dengan subur di lingkungan yang lembap dan melekat pada jaringan keratin di kulit kepala atau rambut untuk melakukan reproduksi.
Infeksi jamur kepala cenderung menyerang anak-anak berusia 3-14 tahun, namun, orang dewasa juga berisiko terkena penyakit ini.
Penyebab utama dari jamur kepala adalah jenis jamur dermatofit, seperti Trichophyton dan Microsporum. Kedua jenis jamur ini dapat menginfeksi kulit kepala, masuk ke folikel rambut, dan menempel pada batang rambut. Infeksi ini dapat dengan mudah menular dan menyebar.
Seseorang dapat rentan terinfeksi jamur kepala melalui kontak langsung dengan orang atau hewan yang sudah terinfeksi jamur tersebut.
Selain itu, penularan juga bisa terjadi melalui benda-benda yang terkontaminasi, seperti menggunakan sisir, handuk, atau topi yang telah digunakan oleh individu yang terinfeksi jamur.
Faktor-faktor risiko untuk terinfeksi jamur kepala meliputi kurangnya kebersihan tubuh, seringnya berkeringat, dan sistem kekebalan tubuh yang lemah akibat kondisi medis tertentu, seperti diabetes, rheumatoid arthritis, atau kanker.
Oleh karena itu, menjaga kebersihan diri dan menghindari kontak dengan benda-benda yang dapat terkontaminasi menjadi langkah-langkah penting dalam pencegahan infeksi jamur kepala.
Penyakit jamur di kepala dapat diidentifikasi melalui gejala seperti kulit kepala yang kering, bersisik, dan mengalami masalah ketombe. Sensasi gatal juga seringkali muncul, mendorong keinginan untuk menggaruk, yang pada akhirnya dapat menyebabkan luka pada kulit kepala.
Keberadaan jamur ini bisa berdampak serius, bahkan dapat menyebabkan kerontokan rambut jika tidak diatasi dengan tepat.
Pada kasus yang lebih parah, kulit kepala dapat mengeras dan mengeluarkan nanah, yang dapat mengakibatkan kerontokan rambut permanen dan pembentukan jaringan parut, yang disebut sebagai kerion.
Penting untuk tidak mengabaikan dampak infeksi ini, dan segera berkonsultasi dengan dokter saat gejala jamur kepala muncul.
Dokter akan melakukan pemeriksaan dan memberikan penanganan yang sesuai dengan tingkat keparahan jamur kepala yang dialami. Beberapa penanganan yang dapat diberikan meliputi:
Pemberian krim antijamur
Dokter mungkin menyarankan penggunaan krim atau salep antijamur untuk dioleskan langsung ke kulit kepala yang terinfeksi jamur. Krim ini biasanya mengandung bahan aktif seperti ketoconazole, terbinafine, dan asam benzoat.
Penggunaan obat antijamur oral
Obat oles atau salep mungkin tidak cukup efektif dalam mengatasi infeksi jamur kepala karena hanya berfokus pada menghentikan pertumbuhan jamur. Oleh karena itu, dokter dapat meresepkan obat antijamur oral seperti griseofulvin dan terbinafine hidroklorida.
Obat ini harus diminum sesuai dengan petunjuk dokter dan umumnya dianjurkan selama 6 minggu atau hingga infeksi hilang sepenuhnya. Meskipun efektif, obat ini bisa menimbulkan efek samping seperti diare dan sakit perut.
Untuk mengurangi efek samping dan meningkatkan penyerapan obat, dokter mungkin menyarankan konsumsi makanan tinggi lemak bersamaan dengan obat antijamur.
Penggunaan sampo antijamur
Dokter juga dapat merekomendasikan penggunaan sampo antijamur yang mengandung bahan aktif seperti ketoconazole dan selenium sulfide. Penggunaan sampo ini disarankan beberapa kali seminggu selama sebulan untuk membantu menghilangkan jamur dan mencegah penyebarannya.
Cara penggunaan sampo ini mirip dengan sampo biasa, yaitu dengan menyemprotkan pada rambut basah, memijat lembut kulit kepala, dan membiarkannya selama 5 menit sebelum dibilas.
Baca juga artikel : Ampuh! Ini 10 Cara Basmi Komedo Secara Alami, Langsung Bersih Permanen
Pemberian obat kortikosteroid
Pada kasus jamur kepala yang telah berkembang menjadi kerion, dokter dapat meresepkan obat kortikosteroid seperti prednisone. Obat ini digunakan untuk mengurangi peradangan, mengurangi risiko jaringan parut, dan mencegah kerontokan rambut permanen.
Penting untuk menghindari penularan jamur kepala dengan tidak berbagi barang pribadi seperti topi, sisir, atau handuk dengan orang lain.
Menjaga kebersihan kulit kepala dan mencuci tangan setelah menyentuh sesuatu, termasuk hewan peliharaan, juga merupakan langkah pencegahan yang penting. Jika gejala muncul, segera konsultasikan dengan dokter untuk pemeriksaan dan penanganan yang sesuai.
Social Header