Breaking News

Kasus Dokter Anak yang Dipenjara di Rusia Karena Mengkritik Perang Ukraina

 


Liputan889 - Pada bulan Februari 2024, Nadezhda Buyanova, seorang dokter anak berusia 68 tahun, dijatuhi hukuman lima setengah tahun penjara oleh pengadilan Rusia di Moskow. Tuduhan yang dikenakan terhadapnya adalah menyebarkan informasi palsu mengenai invasi Rusia ke Ukraina, setelah dikatakan mengkritik tentara Rusia saat memberikan konsultasi kepada seorang pasien. Kasus ini menambah daftar panjang pengkritik perang Rusia-Ukraina yang dipenjara oleh pemerintah Rusia. Kejadian ini menarik perhatian internasional, dengan banyak pihak yang menilai bahwa hukuman tersebut berlebihan dan merupakan bentuk pembungkaman terhadap kebebasan berpendapat.

1. Kasus yang Dimulai dari Laporan Seorang Ibu

Buyanova dilaporkan oleh Anastasia Akinshina, ibu dari seorang pasien yang pernah berkunjung ke kliniknya. Akinshina, yang juga merupakan mantan istri seorang tentara Rusia yang tewas di medan perang Ukraina, menuduh Buyanova mengeluarkan komentar negatif tentang perang. Ia mengklaim bahwa dokter tersebut menyebutkan bahwa ayah dari anaknya adalah "target sah" bagi pasukan Ukraina, serta menuduh Rusia sebagai pihak yang bersalah dalam konflik tersebut.

Tuduhan ini kemudian menyebar dengan cepat setelah Akinshina mengunggah video ke saluran Telegram, yang langsung disaksikan oleh jutaan orang. Video tersebut menarik perhatian banyak orang, dan tanggapan dari berbagai pihak, termasuk Alexander Bastrykin, Kepala Komite Investigasi Rusia, yang menyatakan akan menangani kasus ini dengan penuh perhatian, semakin memperburuk situasi Buyanova.

Meskipun Buyanova membantah tuduhan tersebut dan tidak ada bukti yang mendukung, seperti rekaman audio atau video, ia tetap ditangkap dan diadili pada November 2024 dengan tuduhan menyebarkan informasi palsu mengenai kampanye militer Rusia di Ukraina.

2. Pembelaan Buyanova di Pengadilan

Saat dihadapkan di pengadilan, Buyanova secara tegas membantah semua tuduhan terhadapnya. Ia menyatakan bahwa tuduhan tersebut tidak hanya tidak benar, tetapi juga merupakan cerita yang dibuat-buat dan dipicu oleh kebencian pribadi terhadap Ukraina. Buyanova mengungkapkan bahwa sebagai seorang dokter, terutama dokter anak, ia tidak mungkin melakukan hal-hal yang dapat merugikan atau membuat trauma pada pasiennya. "Hanya monster yang akan melukai seorang anak atau ibunya," katanya dalam persidangan, merujuk pada tuduhan yang dialamatkan padanya.

Pengacara Buyanova, Oskar Cherdzhiyev, juga menyoroti bahwa tuduhan tersebut tidak didukung oleh bukti yang jelas dan menilai hukuman yang dijatuhkan terhadap kliennya sangat berat. Ia menekankan betapa mudahnya seseorang bisa dipenjara hanya karena ucapan yang tidak berdasar. Selain itu, banyak pihak yang memberikan dukungan kepada Buyanova, termasuk sekelompok dokter yang menulis surat terbuka sebagai bentuk pembelaan terhadapnya. Sebuah petisi untuk pembebasan Buyanova telah berhasil mengumpulkan lebih dari 6.000 tanda tangan dari berbagai kalangan.

3. Pengkritik Perang di Rusia Banyak yang Dikenakan Hukuman

Kasus Buyanova bukanlah yang pertama di Rusia terkait dengan penindakan terhadap pengkritik perang Rusia di Ukraina. Sejak dimulainya invasi ke Ukraina, pemerintah Rusia telah mengeluarkan berbagai undang-undang yang semakin membatasi kebebasan berpendapat, salah satunya adalah larangan menyebarkan "informasi palsu" terkait militer. Undang-undang ini digunakan untuk membungkam kritik terhadap pemerintah dan tentara Rusia. Banyak orang yang telah dihukum karena mengekspresikan pendapat mereka yang anti-perang atau menyebarkan informasi yang dianggap bertentangan dengan narasi resmi pemerintah.

Menurut catatan Memorial, sebuah organisasi hak asasi manusia Rusia, hampir 800 orang telah ditahan oleh pihak berwenang Rusia karena menentang perang atau mengkritik invasi ke Ukraina. Angka ini mencakup individu yang secara terbuka menyuarakan ketidaksetujuan terhadap perang dan mereka yang terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang dianggap sebagai perlawanan terhadap kebijakan pemerintah. Tindakan represif ini tidak hanya terjadi pada individu-individu biasa, tetapi juga terhadap para seniman dan intelektual.

Salah satu contoh lainnya adalah Sasha Skochilenko, seorang seniman dan musisi yang dihukum tujuh tahun penjara pada tahun 2023 karena mengganti label harga di supermarket dengan pesan anti-perang. Tindakan sederhana seperti ini dianggap sebagai subversi terhadap negara dan menjadi alasan bagi pihak berwenang untuk menindak tegasnya.

4. Kekhawatiran Masyarakat Terhadap Kebebasan Berpendapat

Pemerintah Rusia, melalui undang-undang yang diberlakukan sejak awal perang, telah berhasil menciptakan suasana ketakutan yang meluas di kalangan masyarakat. Banyak orang Rusia yang merasa takut untuk mengungkapkan pendapat mereka tentang invasi ke Ukraina, bahkan dalam lingkup keluarga dan teman-teman terdekat mereka. Menurut sebuah survei, sekitar 30 persen orang Rusia mengaku merasa takut untuk berbicara tentang perang, menunjukkan betapa kuatnya efek dari kebijakan pembungkaman ini terhadap kehidupan sosial dan politik di negara tersebut.

Ketakutan ini semakin diperburuk oleh banyaknya kasus penahanan terhadap pengkritik perang. Mereka yang berani berbicara terbuka tentang ketidaksetujuan mereka terhadap kebijakan pemerintah berisiko dijatuhi hukuman yang berat. Di sisi lain, pembungkaman terhadap suara-suara oposisi ini semakin memperburuk citra Rusia di dunia internasional, dengan banyak negara dan organisasi hak asasi manusia yang mengkritik keras tindakan represif ini.

5. Dampak Terhadap Sistem Kesehatan dan Profesi Medis

Kasus Nadezhda Buyanova juga menggambarkan betapa ketatnya kontrol yang diterapkan pemerintah Rusia terhadap profesi medis. Sebagai seorang dokter anak, Buyanova seharusnya menjadi seorang profesional yang dilatih untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan pasiennya. Namun, dalam kasus ini, pandangan pribadi atau ucapan yang dianggap tidak sesuai dengan pandangan negara malah membuatnya dijatuhi hukuman penjara. Ini menunjukkan bagaimana kebebasan individu, termasuk hak untuk berbicara, sangat dibatasi, bahkan dalam konteks yang seharusnya bersifat netral seperti dunia medis.

Para kolega Buyanova dan banyak profesional medis lainnya juga mengungkapkan kekhawatiran mereka tentang dampak dari peraturan ini terhadap kebebasan berbicara dan integritas profesi medis. Jika seorang dokter bisa dijatuhi hukuman hanya karena diduga menyatakan pendapat pribadi tentang perang, hal ini tentu akan membuat banyak dokter lainnya menjadi takut untuk memberikan nasihat atau berbicara tentang isu-isu penting yang berhubungan dengan kebijakan pemerintah.

Baca juga artikel : Rusia Terapkan Larangan bagi Warga yang Mangkir Wamil untuk Pergi ke Luar Negeri

Kasus Nadezhda Buyanova mencerminkan iklim politik yang semakin represif di Rusia, terutama terkait dengan kebebasan berpendapat mengenai perang Ukraina. Tuduhan terhadap Buyanova yang berujung pada hukuman penjara lima setengah tahun adalah contoh nyata dari bagaimana kritik terhadap pemerintah, meskipun itu hanya berbentuk pendapat pribadi, dapat mengakibatkan penindakan hukum yang keras. Seiring dengan semakin banyaknya orang yang dipenjara karena mengkritik perang, baik itu melalui aksi langsung maupun ucapan, ketakutan dan ancaman semakin melanda masyarakat Rusia.

Sementara itu, solidaritas terhadap Buyanova terus berkembang, dengan petisi dan surat pembelaan yang menunjukkan bahwa masih ada suara yang menentang kebijakan represif ini. Namun, tantangan untuk kebebasan berbicara di Rusia semakin besar, dan masa depan kebebasan berpendapat di negara tersebut tampaknya semakin tidak menentu. Cari tahu juga informasi menarik dan terupdate lainnya di Ruang Berita

© Copyright 2022 - liputan889 - Informasi Berita Terbaru Saat Ini